
Tittle : “ My Ai”
Author : Ila_Sparkey
Maincast : -Luhan
-“secret cast”
Rating : PG-13
Genre : Family
Disclaimer : This FF is mine. The cast belong to
themselves. So don’t bash me.
#Annyeong... FF ini pelampiasanku gara-gara keluarnya Luhan. Tidak bermaksud
menjelekkan pihak siapa pun. Aku hanya ingin menumpahkan apa yang ada di
pikiranku. FF ini seperti ungkapan hati Luhan. Semacam diarynya. Jadi maaf kalo
tidak banyak percakapannya.Terima kasih....
Happy reading..
Luhan
POV
6 tahun tahun lalu aku meninggalkannya disana. aku memang tak
meninggalkannya seorang diri melainkan dengan kedua orangtuaku yang merawat dan
menemaninya. Aku bukannya tidak menyayanginya, apalagi membencinya hanya saja
semua ini terlalu awal bagiku. Kehadirannya terlalu dini bagiku. Meskipun
begitu dia tetap menjadi bagian hidupku dan tanggung jawabku.
Aku sedih? Tentu saja. Beberapa bulan ini aku sudah terbiasa dengan
kehadirannya. Aku menyukai aroma tubuhnya yang segar, aku menyukai kulit halusnya,
aku menyukai wajah mungil tanpa dosanya aku menyukai semua yang ada padanya.
Namun pilihanku tidak berubah. Aku harus meninggalkannya kala ia masih rapuh,
terlebih lagi ia sangat membutuhkanku, meskipun ada orang tuaku disampingnya.
Aku terpaksa. Sungguh. Hidup bukan hanya untuk mengisi perut tapi
juga asaku harus tercapai meskipun harus ada pengorbanan. Kalimat itulah yang
aku yakini. Hingga di usiaku yang ke 18 tahun aku pergi meninggalkannya di kota
ini. dalam benakku saat itu Korea adalah negara
yang bisa mewujudkan asaku.
Aku berjanji, aku akan kembali. Dan saat itu tiba, aku akan
memeluknya dengan bahagia. Kita bisa hidup layak meskipun hanya kita berdua.
#####
Akhirnya dengan sangat terpaksa aku
meninggalkannya saat itu. Aku pergi ke negara yang aku impikan sedari dulu. Tak
mudah. Aku tau itu dari awal. 4 tahun aku berjuang menjadi trainee terbaik di
agensiku sehingga tahun 2012 lalu aku di debutkan bersama kesebelas temanku
yang lain. EXO. Itulah nama kami. Sesuai perkiraan, grup kami melejit begitu
cepat. Awalnya memang berat tapi aku
menyukainya, lagi-lagi karena inilah impianku dari dulu.
Dan disinilah aku sekarang. Aku Luhan. Ya... aku Luhan EXO. Enam
tahun sudah aku di negeri ini. bahkan seluruh pelosok negeri ini mengenalku.
Aku sudah menjadi superstar sekarang. Apa ini salah satu cita-cita ku waktu itu? Bisa dibilang seperti
itu.
6 tahun ini bukannya aku tak menemuinya sama sekali. Mana kuat aku
seperti itu. Kehadirannya memang awalnya tak diharapkan tapi aku tidak bisa
memungkiri ikatan batinku. Tiap kali aku ada konser di negaraku, aku
menyempatkan menemuinya dan orang tuaku tentunya.dia sudah tidak seringkih
dulu. Tapi kecantikannya menyilaukanku. Dan suaranya saat memanggilku membuatku
berdesir tak karuan. Aku tidak menyangka aku bisa sebegitu menyayanginya.
Tiap kali aku datang ia selalu
memprotes keabsenanku dalam setiap kegiatannya.aku tidak pernah marah akan hl
itu. Aku mengerti. Dia belum mengerti keadaan sebenarnya.aku selalu mengatakan
padanya untuk selalu menungguku.
Kupikir dengan aku mempunyai uang
banyak, popularitas dan kesempurnaan fisik akan membuatku bahagia. Namun aku
salah. Aku bahagia tapi bukan bahagia yang seperti ini yang aku harapkan. Aku
tidak menginginkan kebahagian yang terkekang dan terbelenggu tanpa kebebasan
sedikitpun.
Awalnya karir ‘keartisan’ ini sangat
menyenangkan. Uangku bertambah tiap waktu dan banyak orang mengelu-elukan aku.
Aku juga mempunyai grup yang sangat solid dan hangat. Sejenak aku bisa sedikit
melupakan kerinduanku padanya.
Dan sekarang aku mulai bosan dengan
rutinitasku sebagai idola. Kelelahan ini benar-benar sudah di ambang batas kemampuanku
sebagai manusia. Yang awalnya kupikir ini sepadan dengan apa yang dilakukan
perusaan saat aku trainee dulu tapi aku baru sadar bahwa aku bukan robot. Ditambah lagi dengan ketidak adilan
yang aku terima di perusahaan ini. kerja kerasku dan teman-teman selama ini pun
seakan tidak dianggap oleh perusahaan. Beberapa pelanggaran kontrak pun aku
alami. Sungguh aku lelah.
Disaat seperti ini aku kembali
teringat padanya dan semakin merindukannya. Entah sedang apa dia sekarang.
Kupandangi fotonya yang baru ia kirim seminggu lalu. Dan lagi-lagi aku takjub
dengan kecantikan murninya. Ia tampak sangat cantik dalam balutan dress pink
yang aku belikan beberapa waktu lalu. Terkadang terpikirkan olehku keinginan
untuk menunjukkan pada orang bahwa aku memilikinya. Aku ingin bebas menemuinya,
bebas mengajaknya berjalan-jalan kemanapun yang ia mau, dan yang lebih penting
aku bebas untuk menunjukkan kasih sayang dan cintaku padanya dimanapun. Tapi
aku sadar inilah resiko dari pilihanku 6 tahun lalu.
Tiba-tiba saat aku tenggelam dalam lamunanku, handphoneku bergetar. Telpon
masuk...
Drrtt...drttt
Aku mengernyit
sejenak, tak mengenal nomor siapa ini.namun entah kenapa perasaanku mulai
tidakenak.
“Hallo....”
“Luhan...ini
aku bibi Wang...kau pulanglah segera. Orang tuamu kecelakaan. Mereka meninggal
Luhan...”
“A..Ap..Apa?”
‘Berita apa ini?’
“
lalu Ai...?”
“Dia
bersamaku sekarang.. Ia masih terguncang Lu, sedari kemarin ia mencarimu...”
Tuhan...
apa maksud dari ini semua?
Teman-teman...
Maafkan
aku
Maafkan
aku karena berhenti sampai disini
Disana...ada
seseorang yang sangat membutuhkanku
Karena
hanya aku yang ia punya di dunia ini...
Malaikatku
lebih membutuhkanku, dia sendirian...
Dan
para penggemarku...
Maaf...bukannya
aku menyerah, tapi hanya jalan ini yang bisa menyelamatkan semuanya.
Aku
menyayangi kalian semua...
Maaf...
AUTHOR POV
Pria itu
merapikan koper dan mengikat tali sepatunya. Wajahnya tersirat jelas bahwa ia
sangat lelah. Kantung matanya menghitam dan wajahnya nampak sangat lesu. Tak
ada kebahagiaan sedikitpun terlihat dari wajah tampannya.
Kaki
panjangnya mulai melangkah perlahan. Berjalan menuju sebuah daerah perumahan
dengan senyum tipis melengkung di sudut bibirnya. Ia mengeluarkan kacamata
hitam dari dalam ranselnya dan ia pakai sebagai penutup matanya yang menghitam
karena jarang beristirahat.
Langkahnya
terhenti di sebuah rumah yang terbilang cukup mewah. Sangat asri dan sejuk
karena banyak sekali tanaman yang mengelilingi pekarangannya. Ia mengetuk
pintu, menunggu seseorang dari dalam rumah membukakan pintu itu untuknya.
“Papa....?”
Back
to Luhan POV
Aku
tersenyum. Ia yang membukakan pintunya. Segera ku memeluk tubuh mungilnya. Aku
benar-benar merindukannya.
Dia
belahan jiwaku,
darah
dagingku,
putri
kecilku..
Ai....yang
berarti cinta.
“ Papa
pulang....” Kataku lirih sembari menyurukkan kepalaku lebih dalam lagi ke
kepala mungilnya. Menghirup wangi tubuh yang sangat aku rindukan
“Apa?”
“Papa
pulang Ai....”
“Papa
tidak pulang ke Korea lagi?” Ia masih
belum mengerti rupanya. Aku tersenyum sambil menggeleng.
“Papa
pulang kesini...Papa akan tinggal bersama Ai disini, di China.” Aku mengatakannya
dengan tersenyum namun ia terlihat masih belum mempercayai perkatanku, terbukti
raut wajahnya yang masih belum berubah.
“Papa
tidak bohong kan?”
“
tidak...”
“Papa
akan disini selamanya bersama Ai? Bukan Cuma 4 hari kan?”
Sekali
lagi aku menggeleng sembari mengangkat tubuhnya dalam gendonganku.
“selamanya
nak... Papa tidak akan kembali ke Korea, mulai sekarang Papa akan membawa Ai
kemanapun yang Ai mau. Kemana pun....”
“Tapi...bagaimana
kalau nanti ada orang yang mengetahui kalau Papa punya Ai? Kata nenek
orang-orang tidak boleh tau kalau Ai anak Papa...Papa nanti dalam bahaya...”
“tidak
sayang... itu dulu. Sekarang dan seterusnya Papa akan memperkenalkan Ai pada
dunia bahwa Ai anak Papa. Anak Luhan....”
“Luhan tertangkap
kamera sedang bersama seorang anak perempuan berusia sekitar 6 tahun.....”
“Luhan mengakui
bahwa ia memiliki seorang putri....Lu Ai”
Meskipun banyak mata memandangnya Luhan dan sang putri kecil dalam
gendongannya tetap asyik bersenda gurau di pelataran sebuah taman bermain
terkenal di China. Ia tak peduli bagaimana gencarnya berita tentangnya saat
ini. yang terpenting sekarang adalah Ai, anaknya.
Luhan POV
“Papaa...”
Aku menoleh sambil tersenyum. Ia melambaikan tangan mungilnya. Saat ini ia
sedang naik komedi putar. Aku membalas lambaian tangannya dari tempat dudukku. Ternyata
beginikah rasanya menjadi seorang ayah sepenuhnya. Sambil menunggunya bermain,
ku keluarkan handphoneku. Aku ingin membagi kebahagian ini dengan semua orang.
Aku mengetikkan beberapa kata di weiboku.
‘Aku bahagia. Dan kumohon jangan ganggu kebahagian
kami saat ini. Ai papa benar-benar menyayangimu‘
Baba..Mama...
Aku
pulang..
Aku
disini sekarang
Maafkan
aku. Aku belum berbakti sama sekali dengan kalian.
Maafkan
aku... mulai sekarang aku akan benar-benar menjadi ayah bagi Ai.
Terima
kasih Tuhan
Terima
kasih baba... mama
Terima
kasih perempuanku yang di surga sana. Ai benar-benar mewarisi kecantikanmu.
FIN
.
.