Trail Of Waving Hearts

Selasa, 04 November 2014

My Ai by ILA





Tittle : “ My Ai”
Author : Ila_Sparkey
Maincast : -Luhan
      -“secret cast”
Rating : PG-13
Genre : Family
Disclaimer : This FF is mine. The cast belong to themselves. So don’t bash me.
#Annyeong... FF ini pelampiasanku  gara-gara keluarnya Luhan. Tidak bermaksud menjelekkan pihak siapa pun. Aku hanya ingin menumpahkan apa yang ada di pikiranku. FF ini seperti ungkapan hati Luhan. Semacam diarynya. Jadi maaf kalo tidak banyak percakapannya.Terima kasih....
Happy reading..
Luhan POV
6 tahun tahun lalu aku meninggalkannya disana. aku memang tak meninggalkannya seorang diri melainkan dengan kedua orangtuaku yang merawat dan menemaninya. Aku bukannya tidak menyayanginya, apalagi membencinya hanya saja semua ini terlalu awal bagiku. Kehadirannya terlalu dini bagiku. Meskipun begitu dia tetap menjadi bagian hidupku dan tanggung jawabku.
Aku sedih? Tentu saja. Beberapa bulan ini aku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Aku menyukai aroma tubuhnya yang segar, aku menyukai kulit halusnya, aku menyukai wajah mungil tanpa dosanya aku menyukai semua yang ada padanya. Namun pilihanku tidak berubah. Aku harus meninggalkannya kala ia masih rapuh, terlebih lagi ia sangat membutuhkanku, meskipun ada orang tuaku disampingnya.
Aku terpaksa. Sungguh. Hidup bukan hanya untuk mengisi perut tapi juga asaku harus tercapai meskipun harus ada pengorbanan. Kalimat itulah yang aku yakini. Hingga di usiaku yang ke 18 tahun aku pergi meninggalkannya di kota ini. dalam benakku saat itu Korea adalah negara  yang bisa mewujudkan asaku.
Aku berjanji, aku akan kembali. Dan saat itu tiba, aku akan memeluknya dengan bahagia. Kita bisa hidup layak meskipun hanya kita berdua.
#####
            Akhirnya dengan sangat terpaksa aku meninggalkannya saat itu. Aku pergi ke negara yang aku impikan sedari dulu. Tak mudah. Aku tau itu dari awal. 4 tahun aku berjuang menjadi trainee terbaik di agensiku sehingga tahun 2012 lalu aku di debutkan bersama kesebelas temanku yang lain. EXO. Itulah nama kami. Sesuai perkiraan, grup kami melejit begitu cepat. Awalnya memang berat  tapi aku menyukainya, lagi-lagi karena inilah impianku dari dulu.
Dan disinilah aku sekarang. Aku Luhan. Ya... aku Luhan EXO. Enam tahun sudah aku di negeri ini. bahkan seluruh pelosok negeri ini mengenalku. Aku sudah menjadi superstar sekarang. Apa ini salah satu  cita-cita ku waktu itu? Bisa dibilang seperti itu.

6 tahun ini bukannya aku tak menemuinya sama sekali. Mana kuat aku seperti itu. Kehadirannya memang awalnya tak diharapkan tapi aku tidak  bisa  memungkiri ikatan batinku. Tiap kali aku ada konser di negaraku, aku menyempatkan menemuinya dan orang tuaku tentunya.dia sudah tidak seringkih dulu. Tapi kecantikannya menyilaukanku. Dan suaranya saat memanggilku membuatku berdesir tak karuan. Aku tidak menyangka aku bisa sebegitu menyayanginya.
            Tiap kali aku datang ia selalu memprotes keabsenanku dalam setiap kegiatannya.aku tidak pernah marah akan hl itu. Aku mengerti. Dia belum mengerti keadaan sebenarnya.aku selalu mengatakan padanya untuk selalu menungguku.
            Kupikir dengan aku mempunyai uang banyak, popularitas dan kesempurnaan fisik akan membuatku bahagia. Namun aku salah. Aku bahagia tapi bukan bahagia yang seperti ini yang aku harapkan. Aku tidak menginginkan kebahagian yang terkekang dan terbelenggu tanpa kebebasan sedikitpun.
            Awalnya karir ‘keartisan’ ini sangat menyenangkan. Uangku bertambah tiap waktu dan banyak orang mengelu-elukan aku. Aku juga mempunyai grup yang sangat solid dan hangat. Sejenak aku bisa sedikit melupakan kerinduanku padanya.
            Dan sekarang aku mulai bosan dengan rutinitasku sebagai idola. Kelelahan ini benar-benar sudah di ambang batas kemampuanku sebagai manusia. Yang awalnya kupikir ini sepadan dengan apa yang dilakukan perusaan saat aku trainee dulu tapi aku baru sadar bahwa aku bukan  robot. Ditambah lagi dengan ketidak adilan yang aku terima di perusahaan ini. kerja kerasku dan teman-teman selama ini pun seakan tidak dianggap oleh perusahaan. Beberapa pelanggaran kontrak pun aku alami. Sungguh aku lelah.
            Disaat seperti ini aku kembali teringat padanya dan semakin merindukannya. Entah sedang apa dia sekarang. Kupandangi fotonya yang baru ia kirim seminggu lalu. Dan lagi-lagi aku takjub dengan kecantikan murninya. Ia tampak sangat cantik dalam balutan dress pink yang aku belikan beberapa waktu lalu. Terkadang terpikirkan olehku keinginan untuk menunjukkan pada orang bahwa aku memilikinya. Aku ingin bebas menemuinya, bebas mengajaknya berjalan-jalan kemanapun yang ia mau, dan yang lebih penting aku bebas untuk menunjukkan kasih sayang dan cintaku padanya dimanapun. Tapi aku sadar inilah resiko dari pilihanku 6 tahun lalu.
            Tiba-tiba saat aku  tenggelam dalam  lamunanku, handphoneku bergetar. Telpon masuk...
Drrtt...drttt
Aku mengernyit sejenak, tak mengenal nomor siapa ini.namun entah kenapa perasaanku mulai tidakenak.
“Hallo....”
“Luhan...ini aku bibi Wang...kau pulanglah segera. Orang tuamu kecelakaan. Mereka meninggal Luhan...”
“A..Ap..Apa?”
            ‘Berita apa ini?’
“ lalu Ai...?”
“Dia bersamaku sekarang.. Ia masih terguncang Lu, sedari kemarin ia mencarimu...”
Tuhan... apa maksud dari ini semua?

Teman-teman...
Maafkan aku
Maafkan aku karena berhenti sampai disini
Disana...ada seseorang yang sangat membutuhkanku
Karena hanya aku yang ia punya di dunia ini...
Malaikatku lebih membutuhkanku, dia sendirian...
Dan para penggemarku...
Maaf...bukannya aku menyerah, tapi hanya jalan ini yang bisa menyelamatkan semuanya.
Aku menyayangi kalian semua...
Maaf...
AUTHOR POV
Pria itu merapikan koper dan mengikat tali sepatunya. Wajahnya tersirat jelas bahwa ia sangat lelah. Kantung matanya menghitam dan wajahnya nampak sangat lesu. Tak ada kebahagiaan sedikitpun terlihat dari wajah tampannya.
Kaki panjangnya mulai melangkah perlahan. Berjalan menuju sebuah daerah perumahan dengan senyum tipis melengkung di sudut bibirnya. Ia mengeluarkan kacamata hitam dari dalam ranselnya dan ia pakai sebagai penutup matanya yang menghitam karena jarang beristirahat.
Langkahnya terhenti di sebuah rumah yang terbilang cukup mewah. Sangat asri dan sejuk karena banyak sekali tanaman yang mengelilingi pekarangannya. Ia mengetuk pintu, menunggu seseorang dari dalam rumah membukakan pintu itu untuknya.
“Papa....?”
Back to Luhan POV
Aku tersenyum. Ia yang membukakan pintunya. Segera ku memeluk tubuh mungilnya. Aku benar-benar merindukannya.
Dia belahan jiwaku,

darah dagingku,

putri kecilku..
Ai....yang berarti cinta.

“ Papa pulang....” Kataku lirih sembari menyurukkan kepalaku lebih dalam lagi ke kepala mungilnya. Menghirup wangi tubuh yang sangat aku rindukan
“Apa?”
“Papa pulang Ai....”
“Papa tidak  pulang ke Korea lagi?” Ia masih belum mengerti rupanya. Aku tersenyum sambil menggeleng.
“Papa pulang kesini...Papa akan tinggal bersama Ai disini, di China.” Aku mengatakannya dengan tersenyum namun ia terlihat masih belum mempercayai perkatanku, terbukti raut wajahnya yang masih belum berubah.
“Papa tidak bohong kan?”
“ tidak...”
“Papa akan disini selamanya bersama Ai? Bukan Cuma 4 hari kan?”
Sekali lagi aku menggeleng sembari mengangkat tubuhnya dalam gendonganku.
“selamanya nak... Papa tidak akan kembali ke Korea, mulai sekarang Papa akan membawa Ai kemanapun yang Ai mau. Kemana pun....”
“Tapi...bagaimana kalau nanti ada orang yang mengetahui kalau Papa punya Ai? Kata nenek orang-orang tidak boleh tau kalau Ai anak Papa...Papa nanti dalam bahaya...”
“tidak sayang... itu dulu. Sekarang dan seterusnya Papa akan memperkenalkan Ai pada dunia  bahwa Ai anak Papa. Anak Luhan....”

            “Luhan tertangkap kamera sedang bersama seorang anak perempuan berusia sekitar 6 tahun.....”
            “Luhan mengakui bahwa ia memiliki seorang putri....Lu Ai”

Meskipun banyak mata memandangnya Luhan dan sang putri kecil dalam gendongannya tetap asyik bersenda gurau di pelataran sebuah taman bermain terkenal di China. Ia tak peduli bagaimana gencarnya berita tentangnya saat ini. yang terpenting sekarang adalah Ai, anaknya.
Luhan POV
“Papaa...”
            Aku menoleh sambil tersenyum. Ia melambaikan tangan mungilnya. Saat ini ia sedang naik komedi putar. Aku membalas lambaian tangannya dari tempat dudukku. Ternyata beginikah rasanya menjadi seorang ayah sepenuhnya. Sambil menunggunya bermain, ku keluarkan handphoneku. Aku ingin membagi kebahagian ini dengan semua orang. Aku mengetikkan beberapa kata di weiboku.
            ‘Aku bahagia. Dan kumohon jangan ganggu kebahagian kami saat ini. Ai papa benar-benar menyayangimu‘
Baba..Mama...
Aku pulang..
Aku disini sekarang
Maafkan aku. Aku belum berbakti sama sekali dengan kalian.
Maafkan aku... mulai sekarang aku akan benar-benar menjadi ayah bagi Ai.
Terima kasih Tuhan
Terima kasih baba... mama
Terima kasih perempuanku yang di surga sana. Ai benar-benar mewarisi kecantikanmu.


                                                            FIN
.
.
                                                                                                                                                                                                                                                                                               

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nyesekkkkk..btw ff nya baguss thorrr

tugas sekolah